Harga Diri vs Tindakan
Cara berpikir kita, akan menentukan siapa diri kita. Cara berpikir kita akan menentukan masa sekarang dan masa depan kita, wujudnya akan seperti apa. Cara kita melihat diri kita, melihat orang lain, cara kita memandang dan menginterprestasikan sebuah kejadian atau sebuah peristiwa, akan menentukan langkah-langkah kita selanjutnya, dan akan menentukan kemana kita mau melangkah dimasa depan.
Ada orang yang memiliki cara berpikir yang benar tentang dirinya sendiri, tetapi tidak jarang ada orang yang memiliki sudut pandang yang salah tentang dirinya sendiri. Salah contoh yang kita akan bahas dalam artikel ini adalah cara berpikir dan cara bertindak seorang tokoh yang tidak asing lagi yaitu Walt Disney.
Walt Elias Disney terlahir pada tahun 1901 dari sebuah keluarga miskin dipinggiran sebuah kota di Missouri State, Amerika Serikat. Ayahnya bekerja disebuah percetakan koran lokal milik sendiri. Setiap pagi, Disney kecil selalu bangun pukul setengah empat untuk memilih-milih koran dan mengantarnya kepara pelanggan. Dan setelah beranjak dewasa Disney selalu mengalami kemalangan dalam hidup. dia mencoba masuk ketentaraan namun gagal.
Ia mencoba melamar keperusahan perusahan namun tidak ada satu perusahaan pun yang mau memperkerjakannya. Sampai pada suatu saat dia harus tidur didepan emperan bengkel kecil dengan tidur beralaskan koran lusuh. Tidak ada harta yang dia miliki pada waktu itu, dan satu-satunya keahlian yang dia miliki hanya menggambar. maka mulailah pada saat itu dia mencoba menggambar dan gambar hasil karya dia waktu itu berbentuk hewan dan mencoba mengirimkan hasil karyanya ke studio di Hollywood. berbagai tempat studiopun dia datangi namun bersamaan itu pula berbagai penolakan dia alami.
Nah saya berhenti dulu cerita tentang si Disney. Menurut Anda, apa yang dipikirkan kebanyakan orang, ketika ia mengalami masalah yang bertubi-tubi dan mengalami serentetan kegagalan yang panjang? Apa pandangan orang itu terhadap dirinya? Bagaimana cara ia menilai dirinya?
Ada orang yang ketika mengalami kehidupan seperti Disney berpikir bahwa dirinya memiliki nasib buruk, menilai dirinya payah, memberikan label pada dirinya “saya tidak berguna, saya tidak punya kemampuan, saya memang ditakdirkan hidup susah, dsb”.Banyak orang didunia kerja tidak berkembang karirnya karena “under-valued” diri sendiri. Banyak label negatif yang diberikan pada diri sendiri, misalanya, “Boss saya bilang saya bodoh”, “Saya tidak sepandai dia” , “Saya selaluuuuu bikin kesalahan”, “Saya ceroboh ….”, “Saya takut salah”, dsb
Dan ketika berbagai label negatif ini tertanam secara kuat pada diri orang tersebut, apa yang terjadi? Ketika orang tersebut memberikan nilai “harga diri” yang rendah pada dirinya sendiri, apa yang terjadi dengan semangat juangnya? Jawabannya sudah pasti motivasi dan semangat juangnya rendah.
Energi kita untuk mau berjuang terus akan sangat ditentukan bagaimana kita melihat diri kita sendir, bagaimana kita menilai diri kita sendiri, bagaimana kita memandang diri kita.
Payah atau tidak diri kita, tinggi atau rendah “nilai diri kita”, bukan ditentukan oleh tindakan kita. Kita gagal, sering bikin salah, berulang ulang tidak bisa mencapai target, ide-idenya kurang tokcer….itu semua bukan karena identitas nilai diri saya rendah. Itu semua tidak ada hubungan dengan identitas saya yang “low value” Kalaupun kita gagal atau sering melakukan kesalahan, itu dikarenakan kita kurang belajar, kurang berusaha, tidak mau belajar dari kesalahan yang lalu, cenderung malas untuk memperbaiki tindakan yang keliru, malas untuk lakukan evaluasi diri dan melakukan tindakan koreksi.
Jadi kegagalan kita dan kesalahan-kesalahan kita tidak berkaitan serta berurusan langsung dengan “nilai diri kita” Nilai diri kita sudah “high valued”. Kita diciptakan Tuhan sudah sangat berharga tinggi. Didalam alkitab, kita disebut sebagai biji mata Tuhan, anak-anak Tuhan. Kita adalah manusia ciptaan menurut gambar Allah. Jadi nilai diri kita, harga diri kita, wujud diri kita……sangat sangat sangat tinggi dihadapan Allah.
Kalau Allah sudah menciptakan diri kita high-value, mengapa kita perlu mendiskon harga diri kita ketika kita berbuat salah, gagal, melakukan berbagai kebodohan, dsb Nilai diri kita TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA dengan tindakan kita. Tindakan kita sangat tergantung pada berapa besar kita “mau berusaha dan belajar” supaya tidak mengulangi kebodohan, kegagalan dan kesalahan dimasa lalu.
Kembali kepada kisah Disney. Apabila Disney berhenti mencoba menawarkan gambarnya kepada berbagai studio, akibat ia sudah ditolak berkali-kali, apalagi plus kalau ia punya keyakinan diri bahwa ayahnya juga gagal dalam bisnis, punya pandangan diri bahwa ia bukan keturunan orang kaya, apalagi kalau ia berpikir ia payah dan tidak berguna ( buktinya ia gagal masuk ketentaraan, tidak diterima kerja oleh berbagai perusahaan, dsb ), maka apa yang terjadi dengan masa depan Disney? Kita tidak akan bisa menikmati maha karya Disney hingga saat ini
Disney tidak memberikan citra diri negatif tentang dirinya akibat berbagai kegagalan dan kesalahan yang ia lakukan. Ia tetap memberikan label positif tentang dirinya. Ia punya keyakinan, setiap orang punya potensi yang berbeda-beda dan unik, dan bisa dijual untuk memaksimalkan hidupnya. Maka apa yang dilakuakn Disney, ketika ditolah oleh studio-studio besar. Disney tetap berjuang, ia hampiri studio-studio kecil yang mau menerima hasil karyanya, hingga suatu titik tertentu, ada satu studio kecil minta Disney tidak hanya menjual gambarnya saja, tetapi Disney diminta membuat alur cerita kartun lewat kepandaian menggambarnya
Alhasil, ketika selesai dengan karyanya, hasil kartun yang diberikan sebuah judul . untuk jasanya ini Disney dibayar US$1.500, padahal ia hanya berharap mendapat upah US$ 50 sebulan. Cerita kartun bergerak buatanya kemudian difilmkan dan kemudian sukses besar menduduki peringkat pertama di Amerika Serikat selama 3 tahun berturut-turut.
Dengan keberhasilan ini dia pun mendirikan studio serta mendedikasikan seutuhnya untuk kebahagiaan anak-anak sedunia dan mendirikan The Disneyland. Disney berhasil menjaga gambar dirinya tetap “high-valued”, bernilai tinggi dan tidak merendahkan identitas dirinya sendiri. Ketika kita memiliki keyakinan diri bahwa kita memiliki “harga tinggi”, maka tubuh kita akan memproduksi energi dan semangat juang yang tiada henti-hentinya untuk terus mencoba dan berjuang
Kalaupun kita salah, gagal, ditolak, diremehkan karya atau ide kita, itu semua tidak ada kaitannya dengan identitas diri kita. Kita perlu memiliki cara berpikir yang benar. Kalau kita salah dan dianggap tidak bermutu oleh orang lain, berarti kita perlu belajar lagi, berusaha lebih giat lagi, berusaha lebih disiplin lagi dan perlu lebih rajin lagi.
Dari ulasan kehidupan Disney yang saya bahas diatas, sekali lagi kita bisa petik pelajaran yang berharga, bahwa :
- Harga diri kita tidak ditentukan oleh tindakan kita
- Harga diri kita tidak ditentukan oleh apa pandangan dan kata orang-orang lain
- Harga diri kita sudah ditentukan oleh Tuhan
- Harga diri kita sangat bernilai dimata Allah
- Kalaupun kita salah, gagal dan ditolak, itu berarti kita perlu belajar lebih lagi, berusaha lebih baik lagi dan lakukan tindakan koreksi dari kesalahan yang lalu
- Ketika kita memiliki keyakinan tentang identitas diri secara benar, maka semangat hidup dan energi kita akan tinggi serta tiada habis-habisnya
Pertanyaan yang penting dan untuk direnungkan :
- Siapa yang bisa memutuskan bahwa saya mau memberikan label positif atau negatif tentang diri saya?
- Apakah saya bersedia, mengijinkan diri untuk selalu melihat “nilai diri saya” seperti Allah melihat diri saya?